Air Mata Untukmu Indonesia


Kalian semua boleh menganggapku cengeng atau apalah, namun sebenarnya ini perasaanku, perasaan yang sudah kian lama terpendam.
Akupun keluar dari permenunganku. Mencoba menilik keluar sejauh mana aku mampu. Semua tampak luar biasa, teknologi sudah semakin canggih. Semua kebutuhan mudah dicari, didapatkan dan tentunya digunakan. Aku tahu di zaman yang maju ini semua bersifat instan, inginnya cepat. Tapi semua ada karena uang. Uang bak segalanya di zaman sekarang. Uang bagaikan raja ! semua hampir mengejar dan ingin mendapatkan yang namanya uang. Dari situ aku mulai melihat apa yang terjadi saat ini. Anganku mulai berlari, menjamah segala ingatan dan pengetahuan sejauh mana yang aku tahu.
Miris hati ini ketika melihat orang-orang berpakaian mewah itu berebut sebuah kursi. Ukiran kursi itu memang indah, namun mengapa harus diperebutkan? Aku tidak tahu siapa mereka, pokoknya melihat dari penampilan mereka sepertinya mereka orang yang sangat kaya. Aku sering melihat mereka di televisi. Aku juga sering melihat gambar muka-muka mereka terpampang di pinggir jalan. Entah perasaan apa ini ketika aku melihat mereka rasanya ingin menghapusnya dari pikiranku. Aku rasa mereka sangat jahat. Mereka sangat berbeda denganku. Mereka selalu bergonta-ganti mobil,sedangkan aku ? punya sepeda saja boro-boro. Rumah mereka tingkat tiga, sedangkan rumahku ? hanya terbuat dari anyaman bambu saja. Aku tidak tahu mengapa aku bisa mengenal mereka. Apakah ini akibat dari globalisasi itu ? ah sudahlah lebih baik kujalani dulu saja.
Hati ini seakan teriris pedih melihat realita yang ada. Merasa bahwa ini semua curang dan tidak adil. Belum lama ini ku dengar mereka hendak merenovasi toilet dengan anggaran 2 milyar. Tak terpikir olehku seberapa banyak uang itu. Berbeda denganku yang hanya orang pinggiran, mempunyai uang seribu saja sudah sangat bersyukur. Toilet saja semahal itu, bagaimana dengan fasilitas yang lainnya ya?
Kabar lain yang aku dengar bahwa kursi yang akan mereka duduki saat pertemuan rapat, satu kursi harganya 24 juta. Hati ini seakan merasa dicurangi dengan keadaan ini. Ingin rasanya aku tidak mengetahui kabar ini bila mendengarnya perasaan ini menjadi sedih.
Akupun menangis, meneteskan air mata, meskipun aku tidak tahu apa yang harus aku tangisi. Uang yang sudah mereka hambur-hamburkan tidak mungkin aku miliki. Aku lebih bahagia dengan kehidupanku saat ini dibandingkan kehidupan mereka. Aku tidak ingin memiliki berjuta-juta kekeyaan bila dengan adanya keayaan itu aku menjadi sombong.
Akhirnya sekarang aku tahu untuk siapa air mata ini. Untukmu Indonesiaku. Mengapa semua ini bisa terjadi pada negriku yang kubanggakan ini ? maafkan aku negriku, aku sudah tidak mampu untuk menahan air mata ini. Tetapi setelah berhentinya air mata ini aku  berjanji, akan selalu berusaha tegar dan selalu semangat, berusaha mengubahmu Indonesiaku menjadi Indonesiaku yang lebih bail lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Telur Paskah (Tulisan Tempo Doeloe)

Riwayat Santa Lusia

Kaum Muda dan Realitas (Tulisan Tempo Doeloe)