Kaum Muda dan Realitas (Tulisan Tempo Doeloe)
Sebagai kaum muda tentunya aku merasakan hal yang sama
seperti yang dialami oleh orang muda lainya. Aku masih begelut dengan
pekerjaanku untuk mencari jati diriku yang sebenarnya. Banyak sekali
bumbu-bumbu yang memberi berbagai rasa terhadap perjalananku untuk menemukan
jati diriku tersebut. Pengalaman jatuh cinta, sakit hati, cemburu, iri dan
benci adalah beberapa contohnya.
Sebagai orang muda yang berada di era globalisasi seperti
sekarang ini aku tentu tahu bahwa alat komunikasi dan informasi sudah berkembang
dengan pesat dan zaman juga selalu menuntut kita agar mampu menggunakannya agar
kita tidak dibilang sebagai seorang yang gagap teknologi. Perkembangan tersebut
tentunya sangat memberi dampak yang positif bagi kehidupan kita, misalnya
dengan hadirnya internet kita mampu mencari segala informasi yang kita
butuhkan. Dengan hadirnya berbagai macam situs jejaring sosial seperti
facebook, twiter, dan lain sebagainya kita juga mampu menambah teman kita agar
relasi kita dengan teman semakin bertambah.
Tidak hanya menimbulkan pengaruh yang positif
perkembangan teknologi tersebut juga menimbulkan dampak yang negatif pula.
Banyak kaum muda yang memanfaatkan internet dengan cara yang buruk, misalnya
dengan melihat berbagai situs yang seharusnya belum pantas untuk mereka lihat.
Parahnya lagi mereka menjadi pribadi yang cuek dan malas belajar. Aku sadar
aku pun mengalami hal yang sama. Aku lebih senang bermain dan mencari informasi
di internet daripada sekadar membaca buku pelajaran. Risiko yang harus
ditanggung aku tidak bisa mengerjakan ulangan yang diberikan oleh bapak dan ibu
guru. Bagiku dampak yang lebih buruk dari hal tersebut adalah kaum muda di
zaman globalisasi ini menjadi seorang pribadi yang cuek, dan tidak peduli
dengan sesama atau keadaan di sekitar. Menurutku demikian.
Mereka menjadi pribadi yang cuek mungkin karena mereka
menghabiskan waktunya sendiri di depan layar bercahaya dan jemari mereka sibuk
memijat keyboard. Tidak dipungkiri aku pun juga sadar bahwa aku juga seperti
itu. Sibuk dengan hal seperti itu membuat kaum muda tidak memperhatikan
kehidupan religiusnya. Mereka tentu lebih memilih untuk bermain bersama
internet daripada pergi ke tempat ibadah. Lebih memilih pergi ke warung
internet daripada berdoa walaupun berdoa tidak memerlukan waktu yang lama.
Aku juga mengalami hal tersebut, malas dan menyela dengan
berbagai alasan. Sekarang masalahnya adalah kembali ke diri kita masing-masing.
Bagaimana kita mampu memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut, mau dimanfaatkan
untuk kebaikan atau keburukan, itu pilihan kita.
Komentar
Posting Komentar